Beberapa aktivitas olahraga, seperti sepak bola contohnya, memberikan risiko cedera bagi para pemainnya. Salah satu cara untuk mengobati cedera adalah dengan melakukan fisioterapi di bagian tubuh yang terkena cedera. Salah satu jenis cedera yang sering terjadi pada olahragawan adalah cedera anterior craciatum ligament atau yang disebut ACL.
Pelaksanaan fisioterapi pasca rekonstruksi cedera ligamen ACL harus dilakukan dengan baik dan hati-hati. Tidak jarang timbul berbagai permasalahan pada kondisi pasien pasca rekonstruksi ACL, misalnya spasme atau kontraksi tiba-tiba pada otot-otot di area lutut. Selain itu juga munculnya rasa nyeri ketika lutut ditekuk. Spasme otot terjadi pada quadriceps, hamstring, tibialis anterior dan gastrok. Sedangkan nyeri gerak lutut muncul karena gerakan fleksi, baik gerak pasif, aktif maupun gerakan aktif melawan tahanan.
Rekonstruksi ACL dilakukan berdasarkan prosedur bedah oleh ahli ortopedi atau dokter tulang untuk mengganti ACL yang sobek atau cedera dengan dua teknik yaitu Autograft (jaringan yang diambil dari tubuh pasien sendiri) dan Allograft (jaringan yang diambil dari jaringan donor orang lain).
Sebelum membuat program latihan fisioterapi untuk pasien selama fase rehabilitasi, diperlukan data anamnesa pasien yang mencakup kronologis penyakit atau keluhan yang dialami pasien, rekam medis serta data-data pemeriksaan lain seperti x-ray atau MRI. Di samping itu, program fisioterapi pasien cedera ACL juga memerlukan adanya koordinasi antara dokter ortopedi dengan fisioterapis atau dokter ortopedi dengan dokter rehab dan juga fisioterapis terkait agar program terapi dapat disesuaikan dengan prosedur operasi yang telah dilakukan sebelumnya. Menentukan program fisioterapi yang tepat untuk pasien cedera ACL merupakan langkah yang krusial sehingga harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati.
Fase rehabilitasi pasien meliputi beberapa fase dengan tingkatan teknik yang berbeda-beda. Disini, kami akan menjelaskan metode atau teknik latihan yang dilakukan.
Fase I (Gerakan Awal dan Aktivasi Otot)
Fase ini biasanya berlangsung selama nol hingga dua minggu lamanya. Fase ini bertujuan untuk menambahkan ROM, menguatkan otot dan keseimbangan. Fase pertama terdiri atas:
- Heel Props, yaitu posisi duduk dengan meluruskan kedua kaki dan memberi sanggahan pada kaki yang sakit dengan batal atau handuk. Kaki ditekan ke arah handuk, tujuannya untuk menambah luas gerak sendi lutut dan latihan kontraksi pada otot hamstring.
- Quad Sets, teknik menekan lutut untuk memberi efek kontraksi pada otot quadriseps.
- Patellar Mobilization, teknik memobilisasi atau menggerakkan tempurung lutut ke arah kiri, kanan, atas dan bawah.
- Straight Leg Raise, yaitu posisi terlentang dan mengangkat kaki yang sakit ke atas lalu tahan selama tiga detik dan turunkan kembali.
- Hip Abduction, posisi miring dengan posisi kaki yang sakit diatas kemudian mengangkat kaki kearah atas dan turunkan kembali.
- Heel Slide, posisi terlentang kemudian menekuk lutut secara pelan kearah tubuh.
- Flexion Hang, posisi duduk di tepi tempat tidur dan menekuk lutut kearah fleksi (dengan bantuan kaki yang sehat).
- Prone Extension Hang, posisi tengkurap dengan beban tambahan dari ankle weight seberat 1-2 kg.
- Weight Shift (Front to Back and Side-to-side), posisi berdiri dengan kaki jinjit ke depan belakang dengan tumit dan kiri kanan sambil memegang tepi pegangan.
Fase II (Keseimbangan dan Pola Jalan Normal)
Fase ini berlangsung selama dua hingga empat minggu dan bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi, memperkuat otot, meningkatkan keseimbangan dan memperbaiki pola jalan. Fase kedua mencakup beberapa teknik dalam fase I dengan teknik tambahan, seperti:
- Hamstring Stretch & Calf Stretch, penguluran pada paha belakang dan betis.
- Mini Squat 0-40°, squat untuk memperkuat otot-otot paha.
- Hamstring Curl-Leg Weight, posisi tengkurap lalu meletakkan foot band sebagai pemberat di bawah betis lalu angkat secara perlahan dan mulai mencoba menekuk lutut.
- Lateral Lunges, posisi squat lalu membuka kaki ke arah kiri dan kanan.
- Stationary Bike, latihan dengan sepeda statik untuk mengetahui kemampuan dalam mengayunkan sepeda.
- Single Leg Stance, mengangkat kaki yang sehat sehingga kaki yang sakit menjadi penumpu berat badan. Tujuannya untuk melatih kemampuan stabilitas lutut dalam menahan beban yang berlebih.
- Tandem Walking Heel to Toe, latihan jalan dalam satu garis lurus.
- Step Over Backward, latihan jalan dengan memberi pembatas setiap langkah.
- Forward & Backward High Knee Walk, latihan jalan ke depan dan belakang dengan menekuk lutut tinggi satu persatu kemudian dilanjutkan dengan latihan jalan dengan menekuk lutut dan dicampur dengan gerakan melingkar pada pinggang.
- Abdominal Isometric, Crunches, Reverse Crunches, Diagonal Crunches, Back Extensions, memberi latihan tambahan untuk menguatkan otot-otot agar memberi efek stabilisasi pada keseimbangan tubuh.
Fase III (Penguatan dan Koordinasi)
Fase ini berlangsung selama empat hingga enam minggu dan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot dan memperbaiki koordinasi gerakan. Fase III terdiri atas:
- Hip Flexion, Extension, Abduction, Adduction with Leg Weight, posisi berdiri dan mengangkat kaki yang sakit ke depan, belakang, kiri dan kanan dengan tambahan beban dari foot band.
- Wall Squat, badan bersandar pada tembok lalu squat dan tahan selama 10 detik.
- Front Lunges-Partial & Lateral Lunges, posisi berdiri lalu maju satu langkah dan tahan selama 3 detik dalam keadaan menekuk lutut dan lakukan bergantian kaki kiri dan kanan.
- Step Up, Block Front to Back and Side to Side, posisi berdiri lalu kaki naik keatas tangga atau bangku kecil dan turun, lalu ulangi gerakan yang sama hanya saja sekarang gerakannya menghadap samping.
- Sumo Squat with Dumbbell, posisi berdiri sambil memegang dumbel lalu lakukan squat dan tahan selama 5 detik.
- Forward/Backward Zig Zag Skater – Step with Pause, berjalan ke depan dan belakang dengan posisi zig zag dan lutut ditekuk.
- Side Step in Mini Squat Position, jalan ke samping dengan posisi squat dan langkah sebanyak 5 kali ke kiri dan kanan.
Fase IV (Peningkatan Kekuatan dan Koordinasi)
Fase ini dilakukan selama enam hingga dua belas minggu. Jika terdapat rasa sakit, frekuensi atau intensitas latihan dapat dikurangi atau bagian yang sakit dikompres dengan es setelah latihan. Fase IV terdiri atas:
- IT Band Stretching.
- Squat & Heel Lift, posisi berdiri lalu squat dan bawa berat badan ke kiri dan kanan kemudian tahan selama 5 detik.
- Weighted Pistol, posisi berdiri lalu squat dan bawa kaki sebelah kearah depan dengan posisi lurus, tahan selama 5 detik, dan ulangi pada kaki sebelahnya.
- Throw Ball with One Leg, posisi berdiri lalu mengangkat salah satu kaki sambil melempar bola, lakukan bergantian dengan kaki sebelahnya.
- Walk & Single Leg Stance, berjalan sambil menekuk kaki sebelah ke arah belakang, lakukan dengan kaki lainnya secara bergantian.
- Box Jump, teknik melompat dari box tangga setinggi 10-12 cm ke arah lantai.
- Jump Stop, melompat ke depan secara terus-menerus sebanyak 3-5 lompatan kecil.
- Forward & Backward Skip, berjalan cepat ke arah depan dan belakang dengan posisi paha diangkat.
- Walk and Run Slow Large Circles, lari memutar dan mengelilingi suatu benda.
Fase V (Power dan Kelincahan)
Fase ini dilakukan 4 bulan pasca operasi untuk melatih power dan kelincahan saat bergerak. Fase V terdiri atas:
- Fast Feet, latihan lari di tempat.
- Forward & Backward Skip, latihan berjalan cepat ke arah depan dan belakang dengan posisi paha diangkat.
- 3 Step Diagonal with Zig Zag Run
- Single Leg Squat
- Step Up, menaiki box atau tangga kemudian tahan dengan satu kaki di atas.
- Long Jump, lompat dengan kedua kaki dengan jarak yang agak jauh.
- 4 Corner Drill, latihan lari jarak dekat dengan cepat.
Fase VI (Olahraga Lanjutan dan Latihan Fungsional)
Fase ini dilakukan setelah lima bulan pasca operasi. Fase VI terdiri atas:
- 3 Step Diagonal, teknik berlari dengan posisi zig zag atau membentuk segitiga.
- Single Leg Jump, teknik melompat ke arah depan belakang dan samping kiri kanan dengan satu kaki
- Box Jump, melompat ke atas box atau tangga dengan tinggi 10-15 cm dan dilanjutkan dengan box yang lebih tinggi menggunakan dua kaki.
- Single Leg Hops, melompat jarak jauh menggunakan kaki yang sakit.
- Core Chopping, posisi berdiri lalu mengangkat tangan ke atas dan ke bawah dan pinggang dalam keadaan menunduk.
Demikian fase fisioterapi yang harus dilalui pasien cedera ACL. Perlu diingat bahwa program fisioterapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien dan tingkat keparahan cedera yang diderita sehingga tidak semua pasien menerima program yang sama.